| Sani Robot dan lahan tambang ilegal di kawasan konservasi kebun raya Megawati Soekarnoputri. (Foto istimewa) |
MITRA, Brantas.news – Awan gelap kembali menyelimuti kawasan konservasi Kebun Raya Megawati Soekarnoputri di Ratatotok, Kabupaten Minahasa Tenggara. Di balik hening pepohonan dan tebing-tebing hijau yang seharusnya menjadi simbol pelestarian alam, aroma tajam tambang ilegal kembali tercium kuat.
Sumber-sumber di lapangan menyebutkan, Sani Robot, warga Minahasa Selatan (Minsel), diduga menjadi salah satu aktor penting di balik aktivitas tambang tanpa izin yang merangsek masuk ke kawasan konservasi tersebut. Namanya bukan baru pertama kali muncul dalam pusaran isu tambang liar di wilayah itu — namun kali ini, dugaan keterlibatannya kian menguat.
Aktivitas tambang ilegal di sekitar kebun raya dilaporkan telah menimbulkan kerusakan ekologis yang parah. Lahan konservasi digunduli, air sungai tercemar bahan kimia, dan habitat flora-fauna langka terancam punah. Ironisnya, semua terjadi di kawasan yang dibangun atas prakarsa Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri, sebagai warisan pendidikan dan konservasi lingkungan nasional.
Warga Ratatotok mulai kehilangan kesabaran. “Kami sudah berkali-kali melapor, tapi tidak ada tindakan nyata. Ini kawasan konservasi, bukan tambang,” ungkap salah satu warga dengan nada kecewa, memilih tidak menyebut namanya karena alasan keamanan.
Di sisi lain, aparat penegak hukum hingga kini belum memberikan pernyataan resmi terkait dugaan keterlibatan Sani Robot maupun pihak lain dalam praktik perusakan kawasan tersebut. Ketidakjelasan sikap ini memicu kemarahan publik yang menilai aparat seolah tutup mata terhadap kerusakan yang terus terjadi.
Desakan kepada Polri dan pemerintah daerah kini semakin keras. Masyarakat menuntut langkah nyata untuk menutup tambang ilegal, menyeret para pelaku ke meja hukum, dan memulihkan kawasan yang rusak.
Kebun Raya Megawati bukan sekadar kawasan hijau — ia simbol kehormatan dan komitmen bangsa terhadap alam. Dan jika hukum kembali gagal menegakkannya, maka bukan hanya pepohonan yang tumbang, tapi juga wibawa negara di mata rakyatnya.
Red/(CIA)